Membangun Budaya Hukum Nasional Melalui Putusan Hakim Yang Progresif
DOI:
https://doi.org/10.64147/dokhum.v1i1.1Kata Kunci:
Budaya hukum, Putusan hakim, Hukum progresif, Hukum nasionalAbstrak
Budaya hukum hakim sangat dipengaruhi oleh cara berhukum. Hukum berkelindan dalam dinamika kehidupan masyarakat, tidak hanya demi kepastian hukum, tetapi juga kemanfaatan dan keadilan. Dalam penegakan hukum, diperlukan kepastian hukum yang adil dan bermanfaat bagi semua pihak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan deskriptif-preskriptif, yang cenderung bersifat kualitatif dan menggunakan analisis deduktif. Penegakan hukum sering mengedepankan substansi dan struktur hukum, namun mengabaikan budaya hukum. Padahal, tanpa budaya hukum, hukum sulit ditegakkan secara ideal. Budaya hukum berperan sebagai landasan penerapan hukum positif dalam masyarakat karena nilai-nilai hukum bergantung pada sikap dan pandangan masyarakat. Salah satu aspek budaya hukum yang perlu diperkuat adalah budaya hukum nasional melalui putusan hakim agar hukum menjadi sarana rekayasa sosial yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat.
Referensi
[1] K. Kaelan, “Peningkatan Integritas Mahasiswa Pascasarjana Melalui Kuliah Perdana,” Yogyakarta, 2016. [Online]. Available: https://law.ugm.ac.id/peningkatan-integritas-mahasiswa-pascasarjana-melalui-kuliah-perdana/
[2] Pemerintah Republik Indonesia, Undang-undang (UU) Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. 2004. [Online]. Available: https://peraturan.bpk.go.id/Details/40464/uu-no-4-tahun-2004
[3] B. Siregar, Hukum Acara Pidana. Jakarta: Binacipta, 1983.
[4] N. R. Yunus, “Menciptakan Budaya Hukum Masyarakat Indonesia dalam Dimensi Hukum Progresif,” Supremasi Huk., vol. 11, no. 1, pp. 39–57, 2015.
[5] F. Riza, “Budaya Hukum Masyarakat dalam menghadapi Corona Virus Disease Tahun 2019 (Covid-19),” in Seminar Nasional Teknologi Edukasi Sosial dan Humaniora, Deli Serdang: Fakultas Teknik Universitas Amir Hamzah, 2021, pp. 445–453. [Online]. Available: https://doi.org/10.53695/sintesa.v1i1.343
[6] D. Darmodiharjo and S. Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, 6th ed. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006.
[7] S. Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum: Suatu Tinjauan Sosiologis. Bandung: Sinar Baru, 1983.
[8] E. Warasih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosilogis. Semarang: PT. Suryandaru Utama, 2005.
[9] S. Istanto, Penelitian Hukum. Yogyakarta: Ganda, 2007.
[10] M. Schreier, M. Janssen, C. Stamann, A. Whittal, and T. Dahl, “Qualitative Content Analysis: Disciplinary Perspectives and Relationships between Methods—Introduction to the FQS Special Issue ‘Qualitative Content Analysis II,’” Forum Qual. Soc. Forsch., vol. 21, no. 1, pp. 1–18, 2020, [Online]. Available: https://www.qualitative-research.net/index.php/fqs/article/view/3454/4547
[11] J. Hamidi, Hermeneutika Hukum: Sejarah, Filsafat, & Metode Tafsir. Malang: Universitas Brawijaya Press, 2011.
[12] L. M. Friedman, Law and the Behavioral Sciences. Indianapolis: The Bobbs-Herrillamp, 1969.
[13] D. S. Lev, “Judicial Institutions and Legal Culture in Indonesia,” in Culture and Politics in Indonesia, New York: Cornell University Press, 1972, pp. 246–318. [Online]. Available: https://doi.org/10.7591/9781501743900-010
[14] S. Rahardjo, Hukum dan Masyarakat. Bandung: Sinar Baru, 2018.
[15] T. R. R. Nitibaskara, Tegakkan Hukum Gunakan Hukum, 2nd ed. Jakarta: Kencana, 2007.
[16] A. Saptomo, “Budaya Hukum Masyarakat yang Mendukung Pembangunan Hukum Nasional,” in Problematika Hukum dan Peradilan, 1st ed., H. Hermansyah, I. Imran, F. R. Hidayati, and D. Fedrian, Eds., Jakarta: Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2014, pp. 164–186.
[17] L. M. Friedman, The Legal System: A Social Science Perspective. New York: Russell Sage Foundation, 1975.
[18] L. M. Friedman, American Law An Introduction, 2nd ed. Jakarta: Tatanusa, 2001.
[19] S. Ismantara, R. A. D. P. Sari, and C. Elvira, “Kajian Hukum Perikanan Sebagai Pendorong Potensi Budidaya Perikanan Berbasis Kearifan Lokal,” in Prosiding Seri Seminar Nasional (Serina III), Jakarta: Universitas Tarumanegara, 2021, pp. 335–346. [Online]. Available: https://doi.org/10.24912/pserina.v1i1.16384
[20] R. Atmasasmita, Teori Hukum Integratif: Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif. Yogyakarta: Genta Publishing, 2012.
[21] S. Arinanto and N. Triyanti, Memahami Hukum dari Konstruksi Sampai Implementasi, 1st ed. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
[22] A. Ibrahim, Merekonstruksi Keilmuan Ilmu Hukum & Hukum di Milenium Ketiga, 1st ed. Malang: Malang Institut for Strengthening Transition Society Studies, 2007.
[23] S. Rahardjo, Permasalahan Hukum di Indonesia. Bandung: Alumni, 1983.
[24] R. Susskind, The Future of Law: Facing the Challenges of Information Technology. Oxford: Clarendon Press, 1998.
[25] J. Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi: Serpihan Pemikiran Hukum, Media dan HAM. Jakarta: Konstitusi Press, 2005.
[26] R. Cotterrell, “Law in Culture,” Ratio Juris, vol. 17, no. 1, pp. 1–14, 2004, doi: 10.1111/j.0952-1917.2004.00251.x.
[27] R. H. Soemitro, Studi Hukum dan Masyarakat. Bandung: Alumni, 1985.
[28] K. W. Saleh, Kehakiman dan Peradilan. Jakarta: Simbur Cahaya, 1976.
[29] A. Sudirman, Hati Nurani Hakim dan Putusannya: Suatu Pendekatan dari Perspektif Ilmu Hukum Perilaku (Behavioral Jurisprudence) Kasus Hakim Bismar Siregar. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007.
[30] M. M. Mahmodin, Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2020.
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2025 Markham Faried (Author)

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution 4.0 International License.


